Rabu, 27 Juli 2016

NARAPIDANA CILIK KABUR DARI TAHANAN



Kabur Tiga kali Dari lapas Dengan Cara Yang Tak Disangka, Kisah Napi Cilik Ini Beredar di Facebook, Seperti Ini Ceritanya

palingseru.com – Sebuah kisah tentang seorang bocah berusia 8 tahun yang terlibat kasus pembunuhan menjadi perbincangan netizen setelah ceritanya dibagikan di laman Facebook. Kisah ini diunggah oleh pemilik akun Prap Fals Napole pada 5 April 2014 silam.

Meski kisah ini telah terjadi dua tahun yang lalu, namun baru-baru ini menjadi viral di media sosial.

Dalam unggahan foto tersebut terdapat keterangan yang menceritakan secara detail soal kisah bocah tersebut bisa berada di dalam penjara. Dalam keterangan tersebut, disebutkan pula kalau penulis kisah ini bernama Lars Fredick Sugandha, yang dibagikan sebelumnya di KASKUS.

Dalam kisah itu, bocah tahanan itu diceritakan sudah melarikan diri sebanyak tiga kali. Namun upaya pelarian itu selalu gagal karena ia selalu berhasil ditangkap. Menariknya, upaya pelariannya ini bisa dibilang ‘jenius’. Bagaimana tidak, untuk melarikan diri ia melakukan hal-hal yang tak terduga.

Nah, untuk kejelasan selengkapnya, simaklah kisahnya di bawah ini yang dihimpun TribunnewsBogor.com, Senin (25/7/2016):

“KISAH NYATA A*I* SI NARAPIDANA CILIK YANG CERDAS (8 Tahun)

Terus terang, meski sudah beberapa kali mengadakan penelitian Kriminal di LP, pengalaman kali ini adalah pengalaman pertama saya ngobrol langsung dengan seseorang yang didakwa kasus pembunuhan berencana.

Dengan jantung dag dig dug, pikiran saya melayang-layang mengira-ngira gambaran orang yang akan saya temui. Sudah terbayang muka keji Hanibal Lecter, juga penjahat-penjahat berjenggot palsu ala sinetron, dan gambaran-gambaran pembunuh berdarah dingin lain yang sering saya temui di cerita TV.

Well, akhirnya setelah menunggu sekian lama berharap-harap cemas, salah satu sipir membawa seorang anak kehadapan saya. Yup, benar seorang anak berumur 8 tahun. Tingginya tidak lebih dari pinggang orang dewasa dengan wajah yang diliputi senyum malu-malu. Matanya teduh dengan gerak-gerik yang sopan.

Saya pun membaca berkas kasusnya yang diserahkan oleh sipir itu. Sebelum masuk penjara ternyata ia adalah juara kelas di sekolahnya, juara menggambar, jago bermain suling, juara mengaji dan azan di tingkat anak-anak.

Kemampuan berhitungnya lumayan menonjol. Bahkan dari balik sekolah di dalam penjara pun nilai sekolahnya tercatat kedua terbesar tingkat provinsi. Lantas kenapa ia sampai membunuh? Dengan rencana pula?

Kasus ini terjadi ketika A*i* sebut saja nama anak ini begitu, belum genap berusia tujuh tahun. Ayahnya yang berdagang di sebuah pasar di daerah bekasi, dihabisi kepala preman yang menguasai daerah itu. Latar belakangnya karena si ayah enggan membayar uang ‘keamanan’ yang begitu tinggi.

Berita ini rupanya sampai di telinga A*i*. Malam esok harinya setelah ayahnya dikebumikan ia mendatangi tempat mangkal preman tersebut. Bermodalkan pisau dapur ia menantang orang yang membunuh ayahnya.

“Siapa yang bunuh ayah saya!” teriaknya kepada orang yang ada di tempat itu.

“Gue terus kenapa?” ujar kepala preman yang membunuh ayahnya sambil disambut gelak tawa di belakangnya.

Tanpa banyak bicara anak kecil itu sambil melompat menghunuskan pisau ke perut si preman. Dan tepat mengenai ulu hatinya, pria berbadan besar itu jatuh tersungkur ke tanah. A*i* pun langsung lari pulang ke rumah setelahnya. Akhirnya selesai sholat subuh esok paginya ia digelandang ke kantor polisi.

“A*i* nih sering bikin repot petugas di Lapas!” ujar kepala lapas yang ikut menemani saya mewawancarai a*i* sambil tersenyum. Ternyata sejak di penjara dua tahun lalu. Anak ini sudah tiga kali melarikan diri dari selnya. Dan caranya pun menurut saya tergolong ajaib.

Pelarian pertama dilakukannya dengan cara yang tak terpikirkan siapapun. Setiap pagi sampah-sampah dari Lapas itu di jemput oleh mobil kebersihan. Sadar akan hal ini, diam-diam A*i* menyelinap ke dalam salah satu kantung sampah. Hasilnya 1-0 untuk A*i*. Ia berha